PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Selama
proses permesinan berlangsung terjadi interaksi antara pahat dengan benda kerja
dimana benda kerja terpotong sedangkan pahat mengalami gesekan. Gesekan yang
dialami pahat oleh permukaan geram yang mengalir dan permukaan benda kerja yang
telah terpotong. Akibat gesekan ini pahat mengalami keausan. Keausan pahat ini
akan makin membesar sampai batas tertentu sehingga pahat tidak dapat
dipergunakan lagi atau pahat telah mengalami kerusakan. Lamanya waktu untuk mencapai
batas keausan ini yang didefinisikan sebagai umur pahat (Tool Life).
Data mengenai umur pahat ini sangat diperlukan dalam perencanaan proses permesinan
suatu komponen/produk.Contoh pada produksi komponen keberapa pahat harus
diganti, ini dapat diketahui dengan menghitung waktu total yang diperlukan
untuk memotong satu produk kemudian dibandingkan dengan umur pahat yang dipakai.
Contoh lain sampai batas keausan yang bagaimana dari pahat sehingga tidak mengganggu
ketelitian produk yang dihasilkan, karena diketahui bahwa pahat yang mengalami keausan
akan mempengaruhi ketelitian produk yang dihasilkan.
Umur
pahat dapat diketahui dari brosur atau katalog yang dikeluarkan oleh
produsen/penjual pahat, tetapi katalog ini tidak menginformasikan dengan jelas
dan lengkap tentang pemakaian untuk pemotongan bendakerja apa. Umur pahat dapat
juga diketahui dari Buku Pegangan Data Permesinan.
Umur
Pahat secara pasti diketahui dari hasil pengujian permesinan (secara empiris)
untuk pasangan material bendakerja dan pahat tertentu
Jenis material benda kerja yang
berbeda akan memberikan umur pahat yang berbeda juga. Dalam
aplikasinya pahat digunakan untuk
memotong berbagai macam benda kerja. Jadi untuk setiap pahat dan setiap
material benda kerja harus mempunyai data umur dan kondisi pemotongan tertentu dalam
setiap perencanaan proses permesinan. Berdasarkan latar belakang ini orang
melakukan penelitian untuk setiap
pahat dan material benda kerja yang digunakan untuk
mendapatkan data umur dan kondisi
permesinan. Salah satu dari penelitian mengenai umur pahat
adalah yang dilakukan oleh Amber
Pawlik at. al., (2002)[1] dimana umur pahat dianalisa dengan
menggunakan Persamaan Rumus Pahat
Taylor. Dalam penelitian ini variabel proses permesinan
yakni putaran spindel
divariasikan menjadi 3 tingkatan dengan gerak potong dan kedalaman
potong konstan. Dari
penelitiannya diperoleh persamaan rumus Taylor adalah V.T0.2574 = 521.4. Proses
bubut merupakan salah satu proses permesinan untuk menghasilkan produk
berbentuk silindrik. Gerak potong pada proses bubut dilakukan oleh bendakerja
dan gerak makan dilakukan oleh pahat .
Umur pahat ini sangat dipengaruhi
oleh berbagai macam variabel proses, yakni jenis proses
permesinan, material benda kerja
dan pahat, geometri pahat, kondisi permesinan/pemotongan dan cairan pendingin (coolant)
yang dipergunakan.
B.
RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan
latar belakang diatas, penyusun merumuskan masalah sebagai berikut
1.
Bagaimana menentukan umur pahat?
2.
Apa penyebab keausan pahat?
3.
4.
C.
TUJUAN MAKALAH
1. Dapat menentukan
umur pemakaian pahat sebelum terjadi keasuan.
2. Mengetahui
penyebab terjadinya keausan pahat.
3. Menambah wawasan
tentang pahat.
4.
BAB
II
PEMBAHASAN
Keausan Dan Umur
Pahat
A.
Keasusan
HSS (HightSpeed Steel) merupakan salah satu dari material pahat yang
mempunyai keuletan yang relatif baik sehingga masih sering digunakan. Sifat hot
hardness dan recorvery hardness yang cukup tinggi pada HSS dapat dicapai berkat
adanya unsur paduan W, Cr, V, Mo dan Co. Pengaruh unsur tersebut dengan unsur
dasarnya besi (Fe) dan karbon (C) adalah :
v Tungsen/Wolfram (W)
Unsur ini dapat membentuk karbida yaitu paduan yang sangat keras (Fe4W4C) yang menyebabkan kenaikan temperature untuk proscs hardening dan
tempering. Dengan demikian hot hardness dipertinggi.
v Chronium (Cx)
Menaikkan hardenability dan hot hardness. Chrom merupakan elemen
pembentuk karbida, akan tetapi Cr menaikkan sesitivitas terhadap overhearing.
v Vanadium (V)
Menurunkan sensitivitas terhadap overhearing serta menghaluskan besar
butir. Vanadium juga merupakan elemen pembentuk karbida.
v Molybdenum (Mo)
Mempunyai efek yang sama seperti W akan tetapi lebih terasa (2% W dapat
diperhatikan oleh 1% Mo). Dengan menambahkan 0,4% sampai 0,9% Mo dan HSS dengan
paduan utama W (W-HSS) dapat dihasilkan HSS yang mampu dikeraskan di udara (air
hardening properties). Selain itu Mo-HSS lebih liat sehingga mampu menahan
beban kejut.
v Cobalt (Co)
Bukan elemen pembentuk karbida. Ditambahkan dalam HSS untuk menaikkan hot
hardness dan tahanan keausan. Besar butir menjadi lebih halus sehingga ujung
ujung yang runcing tetap terpelihara selama heat treatment pada temperature
tinggi.
Keausan
dan kerusakan pada pahat terjadi akibat suatu factor atau gabungan dari
beberapa factor dominan berupa proses abrasive, proses kimiawi, proses adhesi,
oksidasi, proses deformasi plastic dan proses keretakan dan kelelahan, Jenisn
keausan pada pahat terdiri atas keausan kawah (creater wear) yang terjadi pada
bidang geram dan keausan tepi (flank wear) yang terjadi pada bidang utama pada
pahat.
Semakin
besar keausan yang terjadi pada pahat maka kondisi pahat akan semakin kritis.
Jika pahat tersebut masih tetap digunakan maka pertumbuhan keausan akan semakin
cepat dan pada suatu saat ujung pahat sama sekali akan rusak untuk menghindari
hal tersebut ditetapkan suatu batas harga kehausan (dimensi dari keausan tepi
atau keausan kawah) yang dianggap sebagai batas kritis dimana pahat tidak boleh
digunakan. Berdasarkan pengalaman batas keausan yang diijinkan bagi suatu jenis
pahat yang digunakan. Ditujukan table berikut :
Gambar
1 Batas Keausan Kritis pahat dan benda kerja yang dimensi
Gambar
2 Keausan Kawah dan Keausan Tepi Pahat Mata Tunggal
Bidang Aktif Pahat
yang Mengalami Kerusakan/Keausan
Selama proses pembentukan geram
berlangsung,pahat dapat mengalami kegagalan dari fungsinya yang normal karena
berbagai sebab antara lain:
a. Keausan yang secara bertahap
membesar(tumbuh) pada bidang aktif pahat.
b. Retak yang menjalar sehingga
menimbulkan patahan pada mata potong pahat.
c. Deformasi plastik yang akan
mengubah bentuk/geometri pahat.
Jenis kerusakan yang terakhir di
atas jelas disebabkan tekanan temperatur yang tinggi pada
bidang aktif pahat dimana
kekerasan dan kekuatan material pahat akan turun bersama naiknya
temperatur.
Keausan dapat terjadi pada bidang
geram (Aγ)
dan/atau pada bidang utama (Aα)
pahat (Gambar 3).
Keausan dibedakan jadi 2 macam
yaitu:
- Keausan kawah (crater wear)
- Keausan tepi (flank wear)
Mekanisme
Keausan & Kerusakan Pahat
Berdasarkan hasil-hasil
penelitian mengenai keausan dan kerusakan pahat dapat disimpulkan
bahwa penyebab keausan dan
kerusakan pahat dapat merupakan suatu faktor yang dominan atau
gabungan beberapa faktor
tertentu. Faktor-faktor penyebab tersebut antara lain:
- Proses Abrasif
- Proses Kimiawi
- Proses Adhesi
- Proses Difusi
- Proses Oksidasi
- Proses Deformasi Plastik
- Proses Keretakan, dan Kelelahan
B.
Umur Pahat
umur pahat dapat
didefinisikan sebagai lamanya waktu yang diperlukan untuk mencapai batas
keausan yang ditetapkan. Saat proses permesinan berlangsung bahwa pahat telah
mencapai batas keausan yang telah ditetapkan (umurnya) dari kriteria berikut:
- Adanya kenaikan gaya potong,
- Terjadinya getaran/chatter,
- Penurunan kehalusan permukaan
hasil permesinan, dan/atau
- Perubahan dimensi/geometri
produk.
Dengan menentukan kriteria saat
habisnya umur pahat seperti di atas, maka umur pahat dapat
ditentukan yaitu mulai dengan
pahat baru (setelah diasah atau insert telah diganti) sampai pahat yang bersangkutan
dianggap tidak bisa digunakan lagi. Dimensi umur dapat merupakan besaran waktu,
yang dapat dihitung secara langsung maupun secara tidak langsung dengan
mengkorelasikan terhadap besaran lain. Hal tersebut dimaksudkan untuk mempermudah
prosedur perhitungan sesuai dengan jenis pekerjaan yang dilakukan.
Umur pahat merupakan seluruh waktu pemotongan (tc)
sehingga dicapai batas keausan yang telah ditetapkan (VB maks = 0,2 mm).
Pertumbuhan keausan pahat pada kecepatan potong yang berbeda sampai batas
kritis keausan pahat Karbida. Umur pahat dapat ditentukan secara Analisis Empiris
yakni dengan menggunakan persamaan umur pahat Taylor, selain itu juga dapat
diperkirakan dengan Analisis Pendekatan secara grafis.
Bahwa dengan meningkatnya kecepatan potong (Vc) maka
keausan pahat akan meningkat juga dan umur pahat akan menurun. Jadi dengan
semakin landai grafik hasil pengujian maka umur pahat akan semakin panjang, begitu
juga sebaliknya semakin tajam grafik hasil pengujian maka umur pahat akan
semakin pendek.
Umur pahat dapat ditentukan dari kecepatan potongnya.
bahwa semakin besar kecepatan potong maka umur pahat semakin pendek. Dimana dari
grafik terlihat umur pahat yang paling panjang terjadi pada kecepatan potong rendah
(Vc = 54,259 m/min) dan umur pahat yang paling singkat terjadi pada kecepatan
potong yang tinggi (Vc = 170,816 m/mm).
Kekasaran permukaan benda kerja bergantung pada
kecepatan potongnya. semakin besar kecepatan potong maka kekasaran permukaan
benda kerja semakin kecil. Bila kecepatan potong (Vc = 170,816 m/mm) maka nilai
kekasaran permukaannya (Ra = 0,8 μ m). Sedangkan kecepatan potong (Vc = 54,259
m/min) maka nilai kekasaran permukaannya (Ra =3,2μ m).
Metoda
Pengukuran
a.
Pengaruh variasi kecepatan potong terhadap umur pahat
Dilakukan
dengan cara mengukur keausan untuk setiap variasi kecepatan potong. Hasil pengukuran
dapat ditampilkan berupa grafik. Grafik yang dihasilkan merupakan hubungan antara
dimensi keausan VB (sumbu Y) dan waktu pemotongan tc (sumbu X). Penentuan umur
pahat (T1) pada kecepatan potong (v1) dimana kriteria saat berakhirnya umur
pahat adalah harga keausan tepi (VB mak) = 0.2 mm.
b.
Penentuan harga eksponen n dan konstanta CT
Dapat
dilakukan dengan menggunakan analisa pendekatan secara grafis dengan
menggunakan grafik hubungan antara umur pahat dengan kecepatan potong dengan
menggunakan skala
dobel
logaritma. Konstanta CT ditentukan secara ekstrapolasi yaitu pada harga T=1
minit dan
harga
eksponen n merupakan kemiringan garis regresi liner.
c.
KeausanTepi
Alat
yang digunakan untuk mengukur keausan tepi pahat adalah Mitutoyo Toolmaker
Microscope. Pengukuran keausan tepi dilakukan dengan meletakkan dasar pahat
pada meja ukur, dimana bidang mata potong Ps diatur sehingga tegak lurus sumbu
optik. Dalam hal ini besarnya keausan tepi dapat diketahui dengan mengukur panjang
VB (mm), yaitu jarak antara mata potong sebelum terjadi keausan (mata potong terdekat
dipakai sebagai referensi) sampai ke garis rata-rata bekas keausan pada bidang utama.
d.
Keausan Kawah
Keausan
kawah dapat diukur dengan menggunakan alat ukur kekasaran permukaan. Dalam hal ini
jarum/sensor digeserkan pada bidang geram dengan sumbu pergeseran diatur
sehingga sejajar dengan bidang geram. Cara pengukurannya adalah benda kerja
diletakkan di meja mesin kemudian sensor alat ukur digerakkan di atas permukaan
yang akan diukur. Pengukuran dilakukan dibeberapa tempat/ daerah sebanyak tiga
kali dan hasil pengukuran dirata-ratakan. Pengukuran dilakukan dengan arah sudut
90° terhadap arah pengasahan/ penggerindaan permukaan bidang geram.
Penentuan umur pahat didasarkan
persamaan umur pahat yang dikemukakan oleh F.W Taylor (1970) yang dituliskan
sebagai berikut,
vT
= Ct
dimana
:
v =
Kecepatan potong, m/min
T =
Unsur pahat, menit
n =
Pangkat untuk umur pahat
Ct =
Konstanta Taylor (umur pahat)
Dari hasil penelitian dengan
menggunakan berbagai macam kombinasi pahat dan benda kerja serta dilakukan pada
berbagai kondisi pemotongan, secara lebih umum konstanta Taylor dapat
dituliskan seperti rumus empiric berikut :
Ct
= Ctvb(VB)m
Hp.bq
Dimana :
VB = Keauasan tepi yang dianggap sebagaibatas
saat berakhirnya umur pahat,mm
m = Pangkat untuk batas keausan
h = Tebal geram sebelum terpotong (=f),
mm
p = Pangkat untuk tebal sebelum
terpotong
b = Lebar pemotongan (=a), mm
q = Pangkat bagi lebar pemotongan
Crvb = Kecepatan potong ekstrapolatif (m/min)
yang secara teoritik menghasilkan unsur pahat sebesar 1 menit, untuk VB = h = b
= 1 mm.
Bilapersamaan (a) dan (b)
digabungkan,akan menjadi relasi berikut :
vT = CTVB(VB)mh-pb-q
dimana :
v = Kecepatan potong
T =Umur pahat,menit
n = Pangkat untuk unsur pahat
VB = Keausan tepi yang dianggap sebagai batas
saat berakhir umur pahat,mm
m = Pangkat untuk batas keausan
h = Tebal geram sebelum terpotong(gerak
makan;f), mm
p = Pangkat untuk tebal sebelum
terpotong
b = Lebar pemotongan (Kedalaman potong;
a),mm
q =Pangkat lebar pemotongan
CTVB = Kecepatan potong ekstrapolatif (m/min)
yang secara teoritik menghasilkan unsur pahat sebesar 1 menit, untuk VB = h = b
= 1 mm.
2 komentar:
Kami adalah perusahaan yang khusus menjual produk Pelumas/Oli dan Grease/Gemuk untuk sektor Industri.
Oli yang kami pasarkan diantaranya untuk aplikasi : Diesel Engine Oil, Transmission Oil, Gear Oil, Compressor Oil, Hydraulic Oil, Circulating & Bearing, Heat Transfer Oil, Slideway Oil, Turbine Oil, Trafo Oil, Metal Working Fluid, Synthetic Oil, Corrosion Preventive, Wire Rope, Specialities Oil dan aneka Grease/Gemuk.
Kami menjadi salah satu perusahaan yang dapat memenuhi berbagai macam kebutuhan pabrik-pabrik besar di Indonesia, termasuk kebutuhan akan pelumasan khusus.
Prinsip kami adalah selalu mengembangkan hubungan jangka panjang kepada setiap customer. Bila anda butuh info lebih lanjut, silahkan menghubungi kami.
Mobile : 0813-1084-9918
Whatsapp : 0813-1084-9918
name : Tommy. K
Email1 : tommy.transcal@gmail.com
maaf kalau boleh tau dapat referensi dari mana ya mas?
Posting Komentar